Peluang Pasar Pertanian Capai Puluhan Miliar Rupiah
![]() |
| Pihak Lapas Kelas III Labuha bersama PT Rimba Kurnia Alam memberikan sosialisasi program pelatihan pertanian organik bagi WBP sebagai bagian dari kerja sama peningkatan kemandirian. |
Melalui program CSR perusahaan, para WBP mendapatkan pelatihan pertanian organik yang diharapkan mampu menjadi modal keterampilan saat kembali ke masyarakat.
Kepala Lapas Kelas III Labuha, Jumadi, A.Md.IP, SH, MH, menyampaikan apresiasi kepada pihak perusahaan yang hadir memberikan pelatihan.
“Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik. Ilmu yang diperoleh hari ini dapat menjadi bekal ketika para WBP kembali kepada keluarga,” ujarnya Jumadi Kepada sejumlah media ini, Jumat (28/11).
Jumadi menegaskan bahwa WBP patut diberi ruang untuk memperbaiki diri.“Mereka bukan penjahat. Mereka hanya tersesat. Di Lapas, yang kami kurung hanya fisiknya, bukan kreativitas dan pemikirannya,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator CSR PT RKA, M. Husni Abusama, menyoroti rendahnya ketahanan pangan di Halmahera Selatan. Menurutnya, kebutuhan pangan industri di Pulau Obi masih dipenuhi dari luar daerah, padahal lahan lokal sangat potensial.
“Jika lahan subur ini tidak dimanfaatkan, kita hanya akan menjadi penonton. Padahal pasar di depan mata sangat besar,” katanya.
Husni menyebut dua peluang pasar utama yakni, program makan bergizi gratis (MBG) untuk ribuan siswa, serta kebutuhan perusahaan industri seperti PT RKA, Harita Grup, dan PT Wanatiara Persada.
Husni menilai pelatihan bagi WBP ini dapat menjadi pintu masuk mereka untuk ikut mengisi rantai pasok pangan daerah.
TerpInstruktur pelatihan, Yusran, yang kini sukses sebagai pelaku usaha pertanian, memaparkan potensi pasar yang jarang tersentuh. Dengan lebih dari 30.000 karyawan industri di Pulau Obi, kebutuhan makan tiga kali sehari menghasilkan nilai pasar sekitar Rp 1,8 miliar per hari atau Rp 54 miliar per bulan.
“Angka ini belum termasuk kebutuhan 254 ribu penduduk Halmahera Selatan,” ungkapnya.
Yusran, peraih Penghargaan Subroto 2023 dari Kementerian ESDM, menjelaskan sejumlah inovasi yang akan diajarkan kepada WBP, termasuk rekayasa cuaca untuk menanam komoditas dataran tinggi di wilayah pesisir serta pengolahan tanaman lokal menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
Ia juga tengah membangun fasilitas industri pertanian inovatif seluas 10.000 meter persegi yang diklaim terbesar di Indonesia Timur.
“Kunci pertanian adalah memahami pasar. Jika pasar dipahami, pasar itu sendiri yang akan mendatangi kita,”pungkas Yusran. (*)
Editor | Idham Hasan
