![]() |
Foto istimewa |
Oleh:
Y. Ali Boko Ibu Gamkonora
Praktisi Pendidikan & Sosial
Sang Paedagogos
….”Keijakan pendidikan tidak boleh berhenti pada formalitas atau simbolik, tetapi harus menyentuh akar persoalan di lapangan (Abubakar Abdullah, Plt Kadikbud, TribunTernate.com)”.
Apapun itu, diakui atau tidak namun faktanya bahwa AKA nama pendek dari seorang Abubakar Abdullah merupakan salah satu dari sekian Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Maluku Utara yang aktif dalam mengintegrasikan visi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos dan Sarbin Sehe. AKA merupakan sosok yang memiliki tanggungjawab dan gigih dalam bekerja, AKA tidak hanya melihat jabatan sebagai diplomasi politik (hutang kehormatan) melainkan amanah atau titah yang harus dikerjakan dengan niat, demi masa depan anak-anak Maluku Utara.
Bagi penulis, mencari sosok yang memiliki integritas di Maluku Utara bukanlah hal mudah dan murah. Karena ada catatannya. Apa itu? Pengalaman dan kinerja, dan AKA memiliki keduanya. AKA pada periode pertama Sherly Tjoanda dan Sarbin Sehe menghadirkan “rapor” baik bagi pendidikan di Maluku Utara. Kinerjanya bagus meskipun kapasitasnya hanya sebatas Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam birokrasi modern kita membutuhkan orang-orang berpengalaman dan berkinerja baik yang mampu menjabarkan visi pimpinan di daerah.
Nah, AKA menjelajahi samudera Halmahera untuk membangun konektifitas pendidikan di lintas kabupaten/kota dan mendesain ruang guru (ruang bacarita) seputar isu-isu pendidikan. Bagi penulis ini potret kerja seorang “paedagogos”, tugas seorang paedagogos adalah berlari menjemput anak-anak yang dititipkan ke sekolah, laut-lambat istilah itu bermakna mengajar, mendidik dan melatih, kemudian dikenal dengan istilah pedagogik (seni mendidik). AKA siap mendengar, mengangkut keluhan pendidik untuk menghadirkan solusi aktif bukan pasif. AKA paham benar tentang semboyang Ki Hadjar Dewantara, yakni Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh), Ing Madyo Mbangun Karso (ditengah memberi semangat), dan Tutu Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).
Pemimpin pendidikan harus memberi contoh yang baik kepada bawahan (guru), pemimpin harus memberikan semangat dan memotivasi bawahannya dan pemimpin harus memberikan dukungan moral sehingga bawahan dapat bekerja secara aman dan nyaman, konteks Dikbud, sekolah, siswa, dan guru. AKA telah menerapkan pendidikan yang “egeletarian” dan tidak ada diskriminasi. AKA dikenal sebagai seorang komunikator, hal ini dibuktikan dengan buah pikiran yang sehat dan rasional iya dapat melaksanakan visi gubernur dan wakil gubernur melalui koordinasi dan eksekusi. Ini bagian dari tipe kepemimpinan transformasi yang harus di contoh oleh setiap kepala dinas.
Gerakan Gubernur dan Wakil Gubernur Sherly-Sarbin melalui AKA sebagai Plt Dikbud, di antaranya uang Komite Sekolah pada jenjang pendidikan SMA ditiadakan. Pendidikan gratis pun dicanangkan dapat menyentuh sekolah swasta dengan harapan besar dapat memberikan akses bagi seluruh anak-anak Maluku Utara. AKA lebih menghabiskan waktunya di sekolah ketimbang di ruang kerja, memilih berdialog dengan guru dan siswa untuk mencari titik keretakan pendidikan di Maluku Utara. Saya mengutip pernyataan Plt Kadikbud Malut, Dr. Abubakar Abdullah:
….”dalam dunia pendidikan, kita perlu membangun koneksi emosional. Kalau guru dan siswa merasa dihargai, motivasi belajar akan tumbuh dengan sendirinya” (RadarTimur, 2025).
Dari sini, AKA berupaya membangun kepercayaan publik terutama membangun kepercayaan sekolah, guru dan orang tua siswa kepada Dikbud. Dalam ilmu psikologi-sosial, guna membaca behavior seseorang atau lingkungan, disebut dengan pendekatan perspektif “kognitif” yang dapat dijelaskan melalui langkah-langkah AKA dalam mendorong pendidikan di Maluku Utara. Seperti diungkapkan Hasan Mustafa (2011), dalam perspektif “kognitif”..”kita tidak dapat mempengaruhi perilaku seorang apabila kita tidak mempelajari mentalnya”.
Plt Kadikbud, AKA dalam kunjungan ke SMA di Halmahera Utara melibatkan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan, pengendali operator Dapodik, PIC pengelola BOS dan BOSDA, pejabat fungsional aset, tim Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), serta Kasubag Kepegawaian. Dengan tujuan menyelesaikan persoalan teknis dan administrasi langsung di tingkat sekolah (RRI.co.id) dan menyapa sekolah anak berkebutuhan khusus (SLB) ialah upaya dalam membangun kesadaran tentang pemenuhan hak yang sama untuk anak bangsa tanpa memandang kekurangan fisik. AKA membaca sekolah dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk membangun kemistri psikolis dengan satuan pendidikan menengah di Maluku Utara. Ingat AKA “membaca bukan membajak” kalau membajak tidak perlu turun tapi melalui koordinasi pada satuan kerja di kabupaten/kota untuk mendapatkan data pendidikan.
Dalam konteks ini, AKA telah memberikan kita pemahaman bahwa membangun pendidikan membutuhkan keterlibatan semua komponen pendidikan dibawanya. Bahwa pendidikan harus menyentuh hati semua lapisan masyarakat, maka dibutuhkan keterlibatan langsung, meskipun kesadaran itu tidak disadari, namun ada poin penting di sana. Apa itu? Partisipasi dan koordinasi terintegrasi pada instansi yang beliau pimpin. Kegiatan tersebut kemudian menghadirkan tagline “Dikbud Dekat dengan Sekolah”. Itu capaian luar biasa, Dikbud senadi dekat dengan sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. Selain itu, AKA menjadi penghubung bagi Pendidikan Tinggi (PTN/PTS) dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Dan ini memudahkan gubernur dan wakil gubernur dalam mengimplementasikan visi dan misi yang sudah dikampanyekan.
AKA berupaya menyulam benang “kusut” pendidikan di Maluku Utara dengan cara menggagas “Ruang Cataly1s” sebuah forum terbuka yang mempertemukan para guru dan stakeholder pendidikan. AKA bertutur:
...”pemimpin di dunia pendidikan bukan hanya memberi perintah, tetapi juga mendengar, menginspirasi, dan mendampingi”, kutipan RadarTimur.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya tidak melakukan gebrakan yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Abubakar Abdullah. Hari ini, AKA sang Plt Kadikbud merubah wajah pendidikan di Maluku Utara, yakni “Pendidikan Bebas Biaya”. AKA menghadirkan pendidikan yang “humanis dan tidak dekaden” dengan kritik. Beragam forum diskusi ilmiah yang dilakukan oleh komunitas dan lembaga resmi lainnya dihadiri oleh AKA dengan tujuan mensosialisasikan visi Sherly-Sarbin untuk pendidikan di Provinsi Maluku Utara.
Kinerja AKA, mengingatkan penulis dengan ungkapan Stogdill yang dikutip Dr. Raihani (2011) bahwa seseorang tidak menjadi pemimpin hanya karena memiliki kombinasi dari berbagai sifat kepemimpinan, tetapi pola karakteristik personal harus mempunyai hubungan yang relevan dengan karakteristik, kegiatan-kegiatan dan tujuan bawahannya. Kepemimpinan harus dinilai berdasarkan interaksi antara berbagai variable yang terus menerus berubah.
Melalui kepemimpinan Plt Dikbud Abubakar Abdullah (AKA), pendidikan kita disentuh dengan baik walaupun belum 100% dapat menjawab akar masalah. Adrias Harefa (2001) pendidikan Indonesia menghadirkan “air mata” yakni air mata penyesalan. Hari ini, pemerintah provinsi melalui AKA memberikan kita “air mata”, namun ini adalah “air mata” kebahagian, di mana sekolah gratis meringankan orang tua siswa untuk menabung tiga tahun kedepan guna menyekolahkan anak-anaknya di PTN/PTS di Indonesia, khususnya di Maluku Utara. Disini, AKA butuh support system dari Gubernur dan Wakil Gubernur Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe dan masyarakat Maluku Utara.
AKA dan Memori Historis
Mendengar nama Abubakar Abdullah (AKA) tidaklah asing karena tidak luput dari jangkauan media. Hal ini bukan karena AKA mencari sensasional sehingga mudah ditemukan di sosial media melainkan prosesnya yang dibilang dari bawah. Tentang dosen, sudalah mungkin hanya dikenal oleh perguruan tinggi di mana AKA menjadi seorang pendidik. Namun, AKA selalu akrab dengan kalangan aktivis mahasiswa dan pemuda ketika menjabat sebagai Ketua KNPI Provinsi Maluku Utara, tahun 2005-2010. AKA menjabat kepala Biro Humas dan Protokoler Provinsi Maluku Utara, tahun 2009-2013. AKA kemudian dimutasi sebagai kepala Biro Ekonomi Provinsi Maluku Utara, tahun 2013.
Dari sinilah berkat pengalaman dan kinerjanya, AKA kemudian dilantik sebagai Sekretaris DPRD Provinsi Maluku Utara, tahun 2013. AKA pernah menjabat sebagai wakil Ketua PGRI Provinsi Maluku Utara, tahun 2015-2018. AKA pun aktif sebagai pengurus Orwil ICMI Maluku Utara. AKA juga dikenal sebagai pengurus di salah satu organisasi besar di Indonesia, yakni Sekretaris PW Nahdhatul Ulama (NU) Maluku Utara, tahun 2016 (sedikit catatan yang saya baca).
Melalui jejak digital dan memori (ingatan) tentang AKA pada tahun-tahun sebelumnya menjadikan penulis sangat yakni bahwa orang seperti AKA mestinya menjadi perhatian Sherly-Sarbin sebagai pertimbangan dalam mengangkat dan mendudukan individu-individu pada jabatan yang mestinya harus diuji. Minimal uji kepatutan berdasarkan pengalaman dan kinerja (job analyzation) dan (job descrption). Kualitas Sherly-Sarbin akan diukur dari berapa banyak kepala SKPD yang dapat mengintegrasikan visi ke dalam program kerja, maka harapan penulis adalah Abubakar Abdullah harus menjadi rool mode dalam mengangkat dan melantik pejabat di lingkup pemerintahannya, alias harus bisa bekerja ditengah-tengah kritik dan tekanan politik di Maluku Utara yang dinamis.
AKA dari jabatan Plt Sekda Maluku Utara, tahun 2024 dan kembali diberikan tugas sebagai Plt Kadibud, tahun 2025 masih menjadi yang terbaik. Masih komitmen dalam menjalankan tugas, tidak mengelu, karena AKA paham sebagai seorang Kader NU jabatan adalah jalur pengabdian, semuanya demi untuk bangsa, negara dan provisi yang kita cinta, Provinsi Maluku Utara. Sekali lagi, AKA birokrat yang paham dinamika politik, dan kemajemukan Maluku Utara.
Birokrat Tiga Generasi, lantas apa yang diragukan??
AKA dikenal oleh penulis melalui jejak rekam sebagai seorang birokrat di tiga generasi berbeda, yakni masa Gubernur Thaib Armain, Kiyai Abdul. Gani Kasuba dan Sherly. Di masa Thaib Armain AKA menjabat sebagi Kepala Biro (Karo) Humas Provinsi Maluku Utara. Di masa Abdul Gani Kasuba, AKA menjabat Sekretaris Dewan Provinsi (Sekwan) dan di masa peralihan tahun 2024 ke 2025 AKA di lantik menjadi Plt Sekda Malut. Hari ini di masa Gubernur Sherly-Sarbin AKA di percaya sebagai Plt Dikbud Maluku Utara.
Penulis berandai, seandainya Sherly-Sarbin memiliki SKPD yang sama mentalnya seperti AKA, maka Provinsi Malut akan menjadi titik pijak provinsi lain di Indonesia. Harapannya ialah kepala SKPD di masa Sherly-Sarbin harus banyak buat gebrakan atau “prestasi” bukan “peristiwa”. Kepala SKPD tidak boleh malu-malu atau takut dalam mendorong visi Gubernur dan Wakil (Sherly-Sarbin) sesuai dengan program yang sudah di rencanakan. Ambillah contoh dari apa yang telah dilakukan oleh AKA, Abubakar Abdullah sang Plt Kadikbud, sebagai Plt tetapi mental untuk mendorong perubahan di sektor pendidikan tidak menjadi kendala baginya.
Kini, nama AKA digadang-gadang masuk dalam radar SEKDA Provinsi Maluku Utara dan itu tidak berlebihan karena pengalaman dan kinerjanya teruji. Dan tulisan ini tidak mendramatisir keadaan untuk membentuk opini tentang AKA, Abubakar Abdullah. Melainkan keinginan penulis untuk meletakan rasa hormat kepada mereka yang memiliki, ide, gagasan, komitmen dan perjuangan dalam melakukan perubahan di Malut, salah satunya Abubakar Abdullah, AKA.
Sebagai penulis saya merasa “tersanjung sekaligus tersinggung”, apa yang membuat saya tersanjung? Karena Dr. Abubakar Abdullah, MS.i dapat memberikan hal terbaik kepada Sherly-Sarbin melalui program terukur 100 hari kerja, sedangkan ketersinggungan penulis adalah berikanlah “reward” kepada mereka yang berkinerja baik sehingga menjadi motivasi bagi pejabat di lingkup Provinsi Maluku Utara guna meningkatkan kinerjanya… (*).