Mengupas Transformasi ESG di Industri Tambang Nikel Indonesia: Harita Nickel Jadi Penggerak Utama

Editor: Admin

Foto istimewa
Jakarta, 4 Juli 2025 – Transformasi berkelanjutan dalam sektor industri pertambangan nikel Indonesia tengah berada di persimpangan jalan penting. Perubahan ini tak sekadar menyentuh aspek bisnis dan profitabilitas, tetapi juga menyangkut komitmen terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG)—kerangka kerja global yang kini menjadi tolok ukur keberlanjutan industri. Menyadari pentingnya hal ini, Harita Nickel bersama Energy & Mining Editor Society (E2S) menggelar Kick-Off Harita Nickel Journalism Award (HNJA) 2025 dengan tema “Uncovering ESG Transformation in Indonesia’s Nickel Mining Industry.”

Acara yang berlangsung di Hotel AONE Jakarta ini menghadirkan deretan pembicara penting dari pemerintah, asosiasi industri, akademisi, hingga pelaku industri itu sendiri, dengan satu tujuan utama: memperkuat peran jurnalisme dalam mengawasi sekaligus mengedukasi publik mengenai arah transformasi ESG di sektor pertambangan.

Pembukaan sesi diskusi diawali oleh Tri Winarno, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, yang menekankan bahwa penerapan prinsip ESG bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban moral dan legal bagi perusahaan tambang.

“ESG adalah masa depan pertambangan Indonesia. Dalam Rencana Induk Pengelolaan Minerba Nasional, ESG sudah tertanam sebagai fondasi transformasi industri berbasis keberlanjutan,” ujarnya.

Meidy Katrin Lengkey, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), menambahkan bahwa ESG harus dipahami tidak sekadar sebagai label, tetapi sebagai nilai yang diintegrasikan dalam seluruh lini operasional—dari eksplorasi, produksi, hingga reklamasi pasca-tambang.

Tri Edhi Budhi Soesilo, akademisi dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, memberikan pendekatan akademis atas ESG, menyebutkan bahwa pengawasan publik melalui media dan riset independen akan menjadi pilar kontrol sosial bagi industri yang selama ini dikenal eksploitatif.

“Kita butuh keberanian jurnalistik untuk menyuarakan apakah ESG betul diterapkan atau hanya sebatas kosmetik. ESG tanpa transparansi hanyalah jargon,” tuturnya tegas.

Menariknya, Dindin Makinudin, Community Affairs General Manager Harita Nickel, hadir membawa kisah nyata dari lapangan. Ia memaparkan bagaimana Harita menerapkan ESG melalui program konkret seperti restorasi hutan, pemberdayaan ekonomi lokal, serta pengelolaan limbah dan tailing yang sesuai standar global.

“Kami tidak ingin hanya patuh regulasi. ESG kami jadikan budaya kerja. Komunitas lokal harus tumbuh bersama, tidak sekadar jadi penonton,” jelas Dindin.

Sebagai moderator, Euis Rita Hartati, Deputy Managing Editor Investor Daily, menggarisbawahi pentingnya peran jurnalis dalam menggali, mengkritisi, dan menyuarakan implementasi ESG yang nyata di lapangan. Ia menyebut Harita Nickel Journalism Award sebagai ruang apresiasi sekaligus penguatan kapasitas jurnalistik di bidang pertambangan.

“Penghargaan ini bukan sekadar kompetisi, tetapi upaya membentuk jurnalisme yang berpihak pada transparansi, lingkungan, dan masyarakat,” ucap Euis.

Kick-off HNJA 2025 bukan sekadar seremoni. Ia menjadi cermin bagaimana industri, pemerintah, akademisi, dan media duduk bersama untuk mengawal masa depan pertambangan nikel Indonesia. Transformasi ESG akan terus menjadi pertarungan antara kepentingan ekonomi dan etika keberlanjutan. Dan di tengah pertarungan itu, jurnalisme memegang peran penting sebagai penjaga nurani publik.

“ESG bukan untuk hari ini, tapi untuk generasi mendatang,” demikian simpulan yang menggaung dalam ruang diskusi.

Harita Nickel Journalism Award (HNJA) merupakan bentuk penghargaan bagi para jurnalis yang mengangkat isu transformasi ESG di industri nikel. Ajang ini tidak hanya memberikan penghargaan atas karya jurnalistik terbaik, tetapi juga mendorong lahirnya karya-karya investigatif dan edukatif yang berlandaskan nilai keberlanjutan.


Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Desain: indotema.com