![]() |
Foto istimewa |
Namun pensiunnya bukan sekadar akhir masa kerja. Ia mengakhiri tugas dengan meninggalkan rekam jejak luar biasa dan warisan sejarah yang tak mudah dilupakan.
“Beliau bukan sekadar pejabat. Beliau adalah penggerak perubahan. Sosok panutan yang mengerti bahwa birokrasi adalah soal melayani,” ujar senior wartawan di Halsel, Suparto Wahyudin.
Karier Birokrasi yang Tak Pernah Berhenti Berkembang
Karier Soadri dimulai pada 2002 sebagai Camat Bacan Barat. Dua tahun kemudian, ia dipercaya memimpin Kecamatan Kayoa. Setelah itu, langkahnya terus menanjak. Tahun 2006, ia diangkat sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD). Hanya berselang setahun, ia menjadi Kabag Pemerintahan, dan terus dipercaya menempati posisi strategis lainnya:
Kabag Organisasi (2009)
Sekretaris KPU (2010)
Kepala Kesbangpol (2015)
Kadis Perhubungan (2017)
Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan (2019)
Kepala Inspektorat (2021)
Kadis Kearsipan (2021)
Kadis Perindagkop (2023)
Kadis Nakertrans (2024)
Asisten III Bidang Administrasi (hingga 2025)
Seluruh jabatan ini dijalani tanpa cacat, penuh komitmen, dan dengan semangat memperbaiki sistem dari dalam.
Menoreh Sejarah Besar untuk Halsel
Nama Soadri juga tercatat dalam lembar sejarah pemekaran wilayah Halmahera Selatan. Tahun 2006, ia dipercaya sebagai Ketua Tim Eksekutif Pemekaran Desa, yang sukses menaikkan jumlah desa dari 194 menjadi 2.049. Tahun berikutnya, ia kembali memimpin pemekaran kecamatan dari 9 menjadi 30 kecamatan.
Keputusan yang monumental ini membawa dampak luas: pelayanan lebih dekat ke masyarakat, pembangunan merata, dan administrasi publik yang lebih cepat.
“Kalau kita bicara peta wilayah Halsel hari ini, jejak beliau ada di setiap desa dan kecamatan yang lahir dari pemekaran itu,” ujar senior jurnalis, Senior di Halmahera Selatan, Suparto Wahyudin
Diklat Lemhannas: Bukti Nasionalisme Sejati
Pada tahun 2016, Soadri terpilih mengikuti Diklat Fungsional Lemhannas RI, lembaga pendidikan tinggi strategis nasional yang hanya menerima peserta dengan dedikasi dan kompetensi tinggi. Ini menegaskan bahwa kiprahnya tidak hanya diakui di daerah, tetapi juga di tingkat nasional.
Purna Tugas, Tapi Tidak Purna Pengaruh
Kini, di usia pengabdian yang paripurna, Soadri melangkah tenang meninggalkan ruang-ruang rapat, meja kerja, dan tumpukan dokumen birokrasi.
Namun pengaruhnya tak pernah benar-benar pergi. Namanya akan tetap hidup di setiap regulasi yang ia susun, di struktur desa yang ia perjuangkan, dan di setiap ASN muda yang menjadikannya panutan.
“Selamat jalan dalam purna tugas, Pak Soadri. Terima kasih untuk jejak sejarah yang kau ukir. Semoga generasi selanjutnya bisa meneladani kesetiaan dan kecintaanmu pada negeri ini.”
Selain meneladani kecintaan mulai dari pejabat pemerintahan maupun dari media mulai dari cetak hingga online mereka menilai bahwa sosok Soadri ingratubun adalah sosok pimpinan birokrasi yang patut di contohi beliau sangat dekat dengan teman-teman jurnalistik dari daerah hingga nasional. Karna itu patut kita berikan apresiasi dan contoh yang baik. (Idham)