![]() |
Foto istimewa |
LABUHA, LUGOPOST— Di balik aktivitas harian yang berlangsung di kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Halmahera Selatan, tepatnya di kawasan Areal Masjid Raya Alkhairat, ada suasana kerja yang terasa berbeda. Obrolan ringan dan tawa sesekali terdengar di sela-sela kesibukan. Namun, para pegawai tahu betul: ada batas yang tak boleh dilanggar.
Mereka bekerja di bawah kepemimpinan seorang kepala dinas yang dikenal santun namun sangat tegas— Muhammad Zaki A. Wahab, pelaksana tugas (Plt) Kepala DPMD. Sosok yang baru menjabat belum genap satu semester ini, sudah membawa angin perubahan yang dirasakan hingga ke tingkat desa.
“Kalau Pak Zaki itu paling mantap. Torang paling segan, karena dia selalu senyum, tapi sangat disiplin,” ucap Ipa, salah satu staf DPMD, sambil tersenyum mengenang interaksinya dengan sang pimpinan.p
Di usia 43 tahun, Zaki tak hanya menempati ruang kerjanya sebagai simbol kekuasaan. Ia justru hadir di tengah pegawai dan mitra kerjanya, membangun kedekatan emosional sambil perlahan menanamkan budaya kerja yang rapi dan terukur. Baginya, disiplin bukan sekadar aturan, tapi bagian dari tanggung jawab moral.
Sebagai seorang ayah dari lima anak, Zaki dikenal mengedepankan ketegasan yang dibalut keteladanan. Tak heran bila banyak perubahan yang mulai terlihat dalam pola kerja internal, termasuk cara kepala desa memperlakukan prosedur dinas.
Ilham, Kepala Desa Loleo Mekar, menyebutkan bahwa Zaki berhasil membangun kesadaran baru di kalangan para kades.
“Kalau torang tara pake dinas, dia tra mau layani. Jadi sekarang torang kepala desa juga mulai disiplin. Beda dengan sebelumnya, torang masih longgar. Biar tara pake dinas juga masih dilayani,” katanya dengan nada jujur.
Zaki tidak serta-merta membangun sistem dengan pendekatan birokratis kaku. Ia memulai dari hal paling sederhana: memberi contoh. Menegur dengan sopan, namun tidak segan mengambil sikap saat perlu. Kombinasi ini membuatnya dihormati, bukan ditakuti.
Kehadirannya seolah menyalakan kembali kompas arah organisasi. Di saat banyak birokrat sibuk membangun citra, Zaki justru sibuk membangun budaya kerja yang tertib dan bermartabat.
Zaki memang bukan kepala dinas biasa. Ia memahami medan, mendengar keluhan, dan mengajak semua elemen untuk tumbuh bersama. Meski statusnya masih Plt, pengaruhnya telah melekat kuat di lingkungan kerjanya. Ia dipercaya bukan karena posisi, tapi karena sikap dan komitmen terhadap perbaikan.
Program-program seperti percepatan Koperasi Merah Putih menjadi salah satu contoh keberhasilannya memadukan arah kebijakan pusat dengan kesiapan di tingkat lokal. Disiplin administrasi dan pengawasan langsung menjadi kunci keberhasilan pelaksanaannya.
Kini, wajah DPMD Halsel mulai berubah. Tidak lagi sebagai kantor yang hanya menunggu laporan, tetapi sebagai ruang kerja kolaboratif yang digerakkan oleh nilai, bukan sekadar aturan.
Dan semua itu bermula dari satu hal yang sederhana—seorang pemimpin yang bekerja dengan senyuman, tapi tak pernah lalai dalam ketegasan. (Idham)