![]() |
Foto istimewa |
Oleh:
Idham Hasan
Wartawan Lugopost
Tanggal 1 Mei kembali tiba. Di kalender, ia tertulis merah. Di lapangan, bendera serikat buruh dikibarkan. Di media sosial, ucapan selamat Hari Buruh berseliweran. Tapi sebagai wartawan yang hampir setiap hari turun ke lapangan, saya justru terdorong bertanya: May Day ini sebenarnya untuk siapa?
Apakah benar May Day dirayakan untuk buruh? Untuk mereka yang bekerja lebih dari delapan jam, berdiri di bawah panas atau berada di ruang bising tanpa perlindungan memadai? Ataukah peringatan ini perlahan berubah menjadi rutinitas kosong yang lebih sibuk dipoles oleh perusahaan dan birokrasi?
Di Maluku Utara, provinsi yang disebut sebagai kawasan industri strategis nasional, kenyataannya masih jauh dari ideal. Dari Pulau Obi hingga Halmahera, kita menyaksikan ledakan investasi—tambang, pabrik pengolahan, pelabuhan ekspor. Tapi ledakan itu belum berdampak secara nyata bagi warga lokal. Upah minimum masih menjadi batas harapan, bukan standar sejahtera. Banyak buruh yang bahkan tidak tahu bahwa mereka punya hak atas air bersih, cuti haid, jaminan kesehatan, dan perlindungan hukum.
Saya pernah mewawancarai seorang buruh perempuan di salah satu perusahaan tambang besar. Ia bekerja tiga shift, namun tidak pernah mengambil cuti haid karena takut dipotong gaji. Di sisi lain, manajemen perusahaan menyelenggarakan lomba tarik tambang untuk memperingati May Day. Ada ironi besar di situ: hak-hak buruh belum ditegakkan, tapi semangat kebersamaan dipertontonkan.
Sebagai wartawan, saya melihat bahwa tugas kita bukan sekadar meliput seremoni. Kita harus menggali fakta yang luput, bertanya hal yang tak nyaman, dan menulis yang tidak ingin ditulis oleh humas perusahaan. May Day harus menjadi momen untuk menyalakan kembali diskusi soal keadilan kerja-bukan hanya jadi ajang foto bersama atau parade formalitas.
May Day bukan milik pemerintah, bukan milik korporasi. Ia milik buruh. Dan tugas jurnalis adalah memastikan suara buruh tidak diredam oleh euforia palsu. Jika tidak, kita hanya akan terus bertanya tiap tahun, tanpa jawaban: May Day ini sebenarnya untuk siapa?
Selamat Hari buruh!!