Ismit : Kopinya Ratu Welhelmina
![]() |
Foto bersama Direktur Institut of Coffe Maluku Utara, Ismit Alkatiri bersama pengunjung Saat acara dialog Kopi Bacan yang di pusatkan Stereck Koffee, Sabtu (11/05/2024) |
Direktur Institut of Coffe Maluku Utara, Ismit Alkatiri mengatakan bahwa karakteristik liberika dari sisi rasa cenderung sama dengan jenis arabika, ada unsur acidity dan sweetness.
“Jadi tingkat keasaman pada kopi, sweetness adalah rasa manis yang dihasilkan karbohidrat di dalam kopi, body adalah tekstur dari kekentalan kopi dan after taste adalah rasa yang tertinggal di mulut setelah meminum kopi. Sedangkan excelsa cenderung ke rasa robusta, yakni bitter atau pahit," terang Ismit. Saat acara dialog Kopi Bacan yang di pusatkan Stereck Koffee, Sabtu (11/05/2024)
Lanjut Ismit mengatakan bahwa rata-rata kopi liberika di dunia ada rasa nangka. Namun berbeda dengan di Bacan, ada mint. ”Mungkin rasa mint ini yang disukai ratu Welhelmina atau Juliana dari Belanda dengan kopi Bacan," cetusnya.
Ia pun menjelaskan dari segi bentuk biji liberika dan excelsa lebih besar dari arabika dan robusta. Hanya buah liberika dan excelsa lebih jarang. “Dari tiga jenis kopi ini, Pemda Hasel telah mendaftarkan ke Kementerian Pertanian pada Pusat Perlindungan dan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian," akui Ismit.
Ia meminta kepada pemerintah daerah agar bisa bekerjasama mengembalikan kopi Bacan dalam bingkai kebudayaan kejayaan kopi yang telah hilang.
Bahkan Ismit bercerita kalau kopi Bacan jenis robusta excelsa dan liberika sangat digemari Ratu Welhelmina dan anaknya, ratu Juliana dari Belanda. Kopi dari perkebunan PT. Batjan Algemene Maastchappij (BAM), kongsi dagang antara Kesultanan Bacan dengan Belanda itu juga digemari di Eropa terutama di Belanda.
Lebih lanjut Ismit mengatakan Panen kopi dari perkebunan BAM ini dikirim langsung ke Belanda, agar kopi tersebut kembali berjaya perlu mendapat dukungan semua pihak termasuk pemerintah daerah. “Kopi-kopi ini sebagai bentuk kerjasama bilateral bidang perdagangan pada zaman Sultan Sadik, yang punya mata uang khusus Bacan dan Belanda, lewat perusahaan yang berpusat di Bacan,” paparnya.
Tidak hanya itu Ismit menjelaskan Mata uang Bacan Roterdam Gulden ini sebagai nilai tukar perdagangan Bacan dan Belanda. Sebab mata uang Bacan adalah salah satu mata uang dari sekian banyak mata uang yang dibuat perkebunan asing kala itu, baik di Jawa, Sumatera dan Bacan. Mata uang dari nikel itu hanya berlaku di setiap perkebunan asing.
“Jadi mata uang Bacan itu berhubungan dengan perkebunan kopi di Bacan,” terangnya.
Sementara itu Kabid Pariwisata Halmahera Selatan, Siti Wakiah juga menyampaikan bahwa minum kopi ini bukan hanya di konsumsi oleh kalangan orang tua saja. Akan tetapi dikalangan anak-anak muda Milenial juga telah
banyak mengkonsumsi kopi.
“Jadi kalau kita bicara kopi Bacan saat ini belum ada tempat atau saran bagi kaum-kaum mudah agar bisa menikmati kopi dengan kopi yang sebenarnya. Kita lebih familiar dengan kopi instan," ujar Siti
Siti bilang Kopi hitam yang asli itu memiliki nilai atau sesuatu yang berefek positif pada kesehatan.
"Dari materi diskusi yang telah di sampaikan Direktur Institut of Coffe Maluku Utara, Drs.H.Ismit Alkatiri malam ini, akan kami sampaikan melalui diskusi-diskusi pimpinan kami yakni Kepala Dinas Pariwisata, terkait dengan kopi Bacan jenis robusta excelsa dan liberika kopi," tandasnya
Ia berharap dengan festival kopi, kita akan mengangkat nilai kopi yang ada di pulau Bacan,
Kita ketahui bersama bahwa luasan lahan untuk kopi di Bacan bisa tersedia dan kopi yang ada di Bacan khususnya kopi Liberika itu masi kopi peninggalan masa kolonial.
"Kita butuh pengembangan kedepannya kita harus bicarakan bersama-sama dengan dinas-dinas terkait diantaranya, dinas pertanian dan perkebunan," tutup Siti.(Idham)